BAB I
PEMBAHASAN
1.1
Pengertian ambulasi dan mobilisasi
Dalam
memberikan pelayanan terhadap klien, bidan diharapkan mampu memenuhi kebutuhan
dasar klien yaitu pemenuhan kebutuhan aktifitas seperti ambulasi, mobilisasi
atau bahkan imobilisasi. Sebelum melaksanakan tindakan pemenuhan aktifitas pada
pasien, maka bidan terlebih dahulu harus mempelajari konsep-konsep tentang
mobilisasi. Untuk itu, berikut ini dijelaskan tentang hal-hal yang berkaitan
dengan ambulasi, mobilisasi(seperti: pengertian mobilisasi, tujuan mobilisasi,
factor-faktor yang mempengaruhi mobilisasi)dan imobilasi pada klien dan
beberapa uraian penting lain, seperti macam-macam posisi klien di tempat tidur.
a. Ambulasi
1. Pengertian:
Berikut ini
adalah beberapa pengertian dari ambulasi:
a) Ambulasi
adalah aktivitas berjalan.(Kozier)
b) Ambulasi
merupakan upaya seseorang untuk melakukan latihan jalan atau berpindah tempat.
c) Ambulasi
dini merupakan tahapan kegiatan yang dilakukan segera pada pasien pasca
melahirkan atau pasca operasi dimulai dari bangun dan duduk sampai pasien turun
dari tempat tidur dari mulai berjalan dengan bantuan alat sesuai dengan kondisi
pasien.
2. Manfaat ambulasi:
a) Menurunkan
insiden komplikasi imobilisasi pasca operasi meliputi:
§ System
kardiovaskuler: penurunan curah jantung, peningkatan beban kerja jantung,
hipotensi orthostatic, tromboflebitis, dan atelectasis.
§ System
respirasi: penurunan kapasitas vital, penurunan ventilasi/ perfusi setempat,
mekanisme batuk menurun, embolisme paru.
§ System
perkemihan: infeksi saluran kemih
§ Sitem
musculoskeletal: atrofi otot, hilangnya kekuatan otot, kontraktur,
hiperkalsemia, hiperkalsiuria, dan osteoporosis.
§ System
integument: iritasi kulit dan luka yang disebabkan oleh penekanan
§ System
gastrointestinal: paralitik ileus, konstipasi, stress ulcer, anoreksi dan
gangguan metabolism.
b) Mengurangi
komplikasi respirasi dan sirkulasi
c) Mempercepat
pemulihan peristaltic usus dan kemungkinan distensi abdomen
d) Mempercepat
proses pemulihan pasien pasca bedah
e) Mengurangi
tekanan pada kulit/decubitus
f) Penurunan
intensitas nyeri
g) Frekuensi
nadi dan suhu tubuh kembali normal(Nova MY, 2009)
B. Mobilisasi
1. pengertian:
Berikut ini adalah beberapa pengertian dari
mobilisasi:
a) Mobilisasi adalah suatu kondisi dimana tubuh
dapat melakukan kegiatan dengan bebas(kosier, 1989)
b) Mobilisasi
atau kemampuan seseorang untuk bergerak bebas
c) Mobilisasi
atau mobilitas merupakan suatu kemampuan individu untuk bergerak secara bebas,
mudah, dan teratur dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan aktifitas guna
mempertahankan kesehatannya.
d) Mobilitas
merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak secara bebas, mudah,teratur dan
mempunyai tujuan dalam rangka pemenuhan kehidupan hidup sehat. Hal ini penting
untuk kemandirian.
2) Tujuan dari mobilisasi, antara lain:
a) memenuhi
kebutuhan dasar manusia(termasuk melakukan aktivitas hidup sehari-hari dan
aktivitas rekreasi)
b) mempertahankan diri(melindungi diri dari
trauma)
c) Mempertahankan
tingkat kesehatan
d) Mempertahankan
interaksi social dan peran sehari-hari
e) Mencegah
hilangnya kemampuan fungsi tubuh
f) Mempertahankan
konsep diri
g) Mengekspresikan
emosi dengan gerakan tangan verbal
3) Macam-macam Mobilisasi:
a) Mobilitas
penuh
§ Mobilisasi
penuh merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak sevara penuh dan bebeas
sehingga dapat melakukan interaksi social dan menjalankan peran sehari-hari.
§ Mobilitas
penuh ini merupakan fungsi saraf motoric volunteer dan sensorik untuk dapat
mengontrol seluruh area tubuh seseorang.
b) Mobilitas
sebagian
§ Mobilisasi
sebagian merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak dengan batasan yang
jelas, dan tidak mampu bergerak secara bebas karena dipengaruhi oleh gangguan
saraf motoric dan sensorik pada area tubuhnya.
§ Hal
ini dapat dijumpai pada kasus cedera atau patah tulang dengan pemasangan traksi.
Pasien paraplegia tau kelumpuhan dapat mengalami mobilitas sebagian pada
ekstremitas bawah karena kehilangan control motoric dan sensorik.
§ Terdapat
dua macam mobilitas/mobilisasi sebagian ini, yaitu:
Ø Mobilitas
sebagian temporer:
·
Mobilitas sebagian temporer
merupakan kemampuan individu untuk bergerak dengan batasan yang sifatnya
sementara.
·
Hal tersebut dapat
disebabkan oleh trauma reversible pada system musculoskeletal, contohnya adalah
adanya dislokasi sendi dan tulang.
Ø Mobilitas
sebagian permanen
·
Mobilitas sebagian
permanen merupakan kemampuan individu untuk bergerak dengan batasan yang
sifatnya menetap.
Hal
tersebut disebabkan oleh rusaknya system saraf yang reversible. Contohnya
terjadinya hemiplegia karena stroke, paraplegi karena cedera tulang belakang,
dan untuk kasus poliomyelitis terjadi karena tergan
1.2 Factor
– factor yang mempengaruhi mobilisasi/mobilitas
Mobilisasi
seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa factor diantaranya :
a. Gaya
hidup
Gaya hidup pada
dasarnya merupakan belajar tentang nilai dan aktivitas dari lingkungan keluarga
dan lingkungan di luar rumah
Gaya hidup merupakan
pengaruh factor budaya terhadap aktivitas
Perubahan gaya hidup
dapat mempengaruhi kemampuan mobilitas seseorang. Karena gaya hidup dapat
mempengaruhi kemampuan mobilitas seseorang
Gaya hidup seseorang
sangat tergantung dari tingkat pendidikannya. Makin tinggi pendidikannya akan
lebih diikuti oleh perilaku yang dapat meningkatkan kesehatannya
Demikian halnya dengan
pengetahuan kesehatan tentang mobilitas seseorang akan senatiasa melakukan
mobilisasi dengan cara yang sehat misalnya, seorang TNI akan berjalan dengan
gaya berbeda dengan seorang pramugari atau seorang pemabuk
b. Proses
penyakit/injum
Proses penyakit dapat
memepengaruhi kemampuan mobilitas karena dapat mempengaruhi fungsi sistem tubuh
Sebagai contohnya
ð Orang
yang menderita fraktur lrmur akan mengalami keterbatasan pergerakan di dalam
ekstremitas bagian bawah.
ð Seorang
patah tulang akan kesulitan untuk mobilisasi secara bebas
ð Demikian
pula orang yang baru menjalani operasi. Karena adanya nyeri maka mereka
cenderung untuk bergerak lebih lamban
ð Ada
kalanya klien harus istirahat di tempat tidur karena menderita penyakit
tertentu misalnya CVA yang berakibat kelumpuhan,typid dan penyakit
kardiovaskuler
c. Kebudayaan
Kemampuan melakukan
mobilisasi dapat juga dipengaruhi oleh kebudayaan dengan hal ini dapat
mempengaruhi poa dan sikap dalam melakukan aktifitas. Sebagai contoh :
ð Orang
yang memiliki budaya sering berjalan jauh memiliki kemampuan mobilitas adat dan
budaya tertentu dilarang untuk beraktivitas
ð Seorang
anak desa yang biasa jalan kaki setiap hari akan berbeda mobilitasnya dengan
anak yang biasa pakai mobil dalam segala keperluannya.
ð Wanita
kraton akan berbeda mobilisasinya dibandingkan dengan seorang wanita yang
tinggal di dekat pantai/nelayan dan sebagainya
d. Tingkat
energi seseorang
Energi adalah sumber
dilakukan mobilitas agar seseorang dapat melakukan mobilitas dengan baik,
dibutuhkan energi yang cukup
Tingkat energi
bervariasi diantara individu
Setiap orang mobilisasi
jelas memerlukan tenaga atau energi mobilitasnya di bandingkan dengan orang
sehat apalagi dengan seorang pelari
Seorang menghindar dari
daerah stressor untuk mempertahankan kesehatan fisik dan psikologis
e. Usia
dan status perkembangan
Usia dna status
perkembangan mempengaruhi tingkat aktivitas
Dikaitkan dengan
tingkat perkembangan dari sejak lahir sampai dengan usia lanjut.
Terdapat perbedaan
kemampuan mobilitas pada tingkat usia yang berbeda. Hal ini dikarenakan
kemampuan atau kematangan fungsi alat gerak sejalan dengan perkembangan usia
Seorang anak akan
berbeda tingkat kemampuan mobilitasnya dibandingkan dengan seorang remaja. Anak
yang selalu sakit dalam masa pertumbuhannya akan berbeda pula tingkat
kelincahannya dibandingkan dengan anak yang sering sakit
Berdasarkan status
perkembangan dapat dilihat sebagai berikut :
ð Bayi,
sistem muskuloskletal bayi bersifat fleksibel. Ekstremitas lentur dan
personalia memiliki ROM lengkap. Posturnya kaku karena kepala dan tubuh bagian
atas di bawa ke depan dan tidak seimbang sehingga mudah terjatuh
ð Balita
kelakuan postur tampak berkurang garis pada tulang belakang servikal dan lumbal
lebih nyata
ð Balita
dan anak sekolah tulang tulang panjangpada lengan dan tungkai tumbuh otot
ligament dan tendon menjadi lebih kuat berakibat pada perkemnbangan postur dan
penoingkatan kekuatan otot. Koordinasi yang lebih baik memungkinkan anak
melakukan tugas tugas yang membutuhkan ketrampilan motorik yang baik.
ð Remaja
: remaja putrid biasanya tumbuh dan berkembang lebih dulu dibandingkan yang
laki – laki. Pinggul membesar lemak disimpan di lengan atas, paha dan bokong.
Perubahan laki laki pada bentuk biasanya menghasilkan pertumbuhan tulang
panjang dan meningkatnya masa otot. Tungkai menjadi lebih panjang dan pinggul
menjadi lebih sempit. Perkembangan otot meningkat di dada, lengan, bahu, dan
tungkai atas.
ð Dewasa
: postur dan kesegarisan tubuh lebih baik. Perubahan normal pada tubuh dan
kesegarisan tubuh pada orang dewasa terjadi terutama pada wanita hamil.
Perubahan ini akibat dari respon adaptif tubuh terhadap penambahan berat dan
pertumbuhan fetus. Pusat gravitasi berpindah ke bagian depan. Wanita hamil
bersandar ke belakang dan agak berpunggung lengkung. Dia biasanya mengeluh
sakit punggung
ð Lansia
:kehilangan progresif pada masa tulang total terjadi pada orang tua.
f. Ketidakmampuan
Dalam hal ini
kelemahan fisik dan mental yang menghalangi seseorang untuk melaksanakan aktivitas
kehidupan
Antara lain :
ð Ketidakmampuan
primer : ketidakmampuan ini disebabkan langsung karena penyakit/trauma.
Contohnya antara lain : paralisis akibat injuri spinal cord
ð Ketidakmampuan
skunder : ketidakmampuan ini merupakan dampak akibat dari ketidakmampuan
primer. Contohnya : kelemahan otot, luka tekan.
g)
Kondisi Patologik:
Berupa
postur anatomi, diantaranya adalah.
ð Tortikolis:
kepala miring pada satu sisi, dimana ada nya kontraktur pada otot
sternokleidomanstoid.
ð Lordosis
kurva spinal lumal yang terlalu cembung ke depan / anterior
ð Kifosis
: peningkatan kurna spinal torakal
ð Kipolordosis
: kombinasi dari kifosis dan lordosis
ð Skolioasis
: kurva spinal yang miring ke samping tidak sama nya tinggi hip/pinggul dan
bahu
ð Kiposkoliosis
: tidak normalnya kurva spinal anteriorposterior dan lateral
ð Foofdrop
: plantar fleksi, ketidakmampuan menekuk kaki karenan kerusakan sarafperoneal.
5)
Tipe persendian dan pergerakan sendi. Dalam sistem musculoskeletal dikenal 2
macam persendian yaitu sendi yang dapat diregangkan (diartosisi) dan sendi yang
tidak dapat digerakkan (siartosis).
6)
Toleransi Aktivitas
¨ Penilaian
toleransi aktivitas sangat penting terutama dengan klien pada gangguan jantung
atau klien dengan immobilisasi yang mengalami kelumpuhan. Hal tersebut biasanya
dikaji pada waktu sebelum melakukan mobilisasi, saat mobilisasi dan setelah
mobilisasi.
¨ Tanda-tanda
yang dapat dikaji pada intoleransi aktifitas antara lain:
ð Denyut
nadi frekuensi nya mengalami peningkatan, irama tidak teratur.
ð Tekanan
darah biasanya terjadi penurunan, tekanan sistol/hipotensi orthostatic.
ð Pernafasan
terjadi peningkatan frekuensi, pernafasan cepat dangkal.
ð Warna
kulit dan suhu tubuh terjadi penurunan
ð Kecepatan
dan posisi tubuh disini akan mengalami kecepatan aktifitas dan ketidakmampuan
stabilan posisi tubuh.
ð Status
emosi labil.
7)
Manfaat status mobilisasi:
Status mobilitas mempengaruhi kesehatan
mental dan efektifitas fisik tubuh. Berkaitan dengan.
¨ Harga
diri dan body image
¨ Sistem
tubuh : aktifitas teratur
¨ Meningkatkan
kesehatan
¨ Mencegah
ketidakmampuan
¨ Memperlambat
serangan penyakit degeneratif
c. Imobilisi
·
Imobilisasi adalah
suatu keadaan dimana penderita harus istirahat ditempat tidur tidak bergerak
secara aktif akibat berbagai penyakit atau gangguan pada alat / organ tubuh (
impaitment ) yang bersifat fisik atau mental
·
Imobilisasi merupakan
ketidakmampuan seseorang untuk menggerakkan tubuh tubuhnya sendiri.
·
Imobilisasi juga dapat
diartikan sebagai suatu keadaan tidak bergerak / tirah baring yang terus
menerus selama 5 hari atau lebih akibat penurunanfungsi fisiologis
·
Immobilisasi adalah
suatu keadaan dimana individu mengalami atau berisiko mengalami keterbatasan
gerak fisik
·
Immobilisasi dapat
berbentuk tirah baring yang bertujuan mengurangi aktivitas fisik dan kebutuhan
oksigen tubuh mengurangi nyeri dan untuk mengembalikan kekuatan
·
Di dalam praktek medis
imobilisasi digunakan untuk menggambarkan suatu sindrom degenerasi fisiologis
akibat dari menurunnya aktivitas dan ketidakberdayaan
1) Alasan
untuk imobilisasi
Terdapat tiga
alasan mengapa klien berada dalam keadaan imobilisasi
1. Pembatasan
gerak yang sifatnya teraupetik. Injuri pada tungkai dan lengan. Pembedahan
2. Pembatasan
yang tidak dapat dihindari karena ketidakmampuan primer, paralisis
3. Pembatasan
secara otomatis sampai dengan gaya hidup
2) Jenis
imbolisasi
1. Imobilisasi
fisik merupakan pembatasan untuk bergerak secara fisik dengan tujuan mencegah
terjadinya gangguan komplikasi pergerakan sampai pada pasien hemiplegia.
2. Imobilisasi
intelektual merupakan keadaan keika seseorang mengalami keterbatasan pikir
seperti pada pasien yang mengalami kerusakan otak akibat suatu penyakit
3. Imobilissi
emosional merupakan keadaan kerika seseorang mengalami pembatasan secara
emosional karena adanya perubahan secara tiba – tiba dalam menyesuaikan diri
seperti keadaan stress berat dapat disebabkan karena bedah amputasi.
4. Imobilisasi
sosial merupakan keadaan individu yang mengalami hambatan dalam melakukan
interaksi sosial karena keadaan penyakitnya sehingga dapat mempengaruhi
peranannya dalam kehidupan sosial
3) Tingkat imobilisasi fisik
v Bervariasi
Ø Imobilitas
secara komplit : pada pasien tidak sadar
Ø Imobilitas
secara partial : pada pasien fraktur kaki
Ø Pembatasan
aktivitas karena alasan kesehatan :
klien sesak napas tidak boleh naik tangga
v Bedrest
Ø Bedrest
total dengan bedrest total maka klien tidak boleh bergerak dari tempat tidur
dan tidak boleh pergi ke kamar mandi atau duduk di kursi
Ø Bedrest
minimal dengan bedrest minimal maka klien isirahat di tempat tidur kecuali
ketika ia pergi ke kamar mandi.
4) Keuntungan bedrest
Keuntungan
bedrest antara lain:
ü Mengurangi
kebutuhan sel tubuh terhadap O2
ü Menyalurkan
sumber energi untuk proses penyembuhan
ü Mengurangi
nyeri
5) Perubahan
sistem tubuh atau respon fisiologis akibat mobilisasi
Akibat
imobilisasi yang lama, pasien seringkali mengalami beberapa perubahan sistem
tubuh yang perlu diketahui oleh bidan, antara lain :
v Perubahan
metabolisme
o BMR
turun : kebutuhan energi dari tubuh, motilitas gastrointestinal dan sekresi
kelenjar digestif turun
o Ketidakseimbangan
proses anabolisme dan katabolisme menyebabkan nitrogen disekresikan secara
berlebihan. Hal ini sering disebut sebagai “ negative nitrogen balance “.
o Perubahan
metabolisme dan nutrisi antara lain seperti laju metabolik; metabolisme;
karbohidrat lemak dan protein.
v Ketidak
seimbangan cairan dan elektrolit
v Gangguan
perubahan zat gizi
v Gangguan
fungsi gastro intestinal imobilitas ( sistem pencernaan ). Terjadinya anoreksia
/ penurunan nafsu makan diarrhoe dan konstipasi
v Perubahan
sistem pencernaan
§ Penurunan
ekspansi paru tertumpuknya sekret dalam saluran napas ketidakseimbangan asam
basa ( CO2 O2 )
§ Ventilasi
paru terganggu, dimana pergerakan dada dan pengembangan paru terbatas, sehingga
mengakibatkan pernafasan menjadi dangkal
§ Aliran
darah ke paru – paru terganggu, mengakibatkan pertukaran gas menurun
§ Sekresi
mukus lebih kental dan menempel sepanjang saluran pernafasan
§ Terdapat
kelemahan otot thoraks, ketidakmampuan inhalasi maksimal gerakan ciliary
menurun yang berakibat mekanisme batuk terganggu. Dengan demikian, mukus
menjadi statis. Dengan adanya mukus yang statis merpakan media perkembangan
bakteri yang pada akhirnya menimbulkan infeksi saluran pernafasan bagian bawah.
§ Terjadi
atelektasis dan pneumonia hipostatik
v Perubahan
kardiovaskuler
§ Beban
kerja jantung naik : heart rate, cardiac output dan stroke volume naik.
§ Resiko
pembentukan trombus naik
§ Terjadinya
hipotensi ortostatik, peningkatan beban kerja jantung dan pembentukan thrombus
naik
§ Terjadinya
hipotensi ortostatik, peningkatan beban kerja jantung dan pembentukan thrombus
§ Hipotensi
orthostatik ( postural ) reflex neurovaskuler turun vasokonstriksi darah
terkumpul pada vena bagian bawah tubuh aliran darah ke sistem sirkulasi pusat
terhambat.
v Perubahan
sistem muskuloskeletal
ü Menurunya
kekuatan dan kemampuan otot, atropi abnormalnya sendi ( kontraktur ), penurunan
mineral, tulang, kerusakan kulit, gangguan metabolisme kalsium yang dapat
diringkas sebagai berikut:
1. Kekuatan
otot menurun
2. Penurunan
masa otot / atropi jika otot tidak berkontraksi
3. Disuse
osteoporosis : aakibat menurunnya aktivitas otot dan gangguan endokrin dan
metabolisme
4. Kontraktur
Skema
penurunan otot
Atropi
otot, menurunnya kekuatan otot dan keterbatasan daya tahan
Menggganggu
koordinasi pada ekstremitas atas dan bawah
a).
Membatasi kemampuan klien melaksanakan aktivitas sehari – hari
b).
Mengganggu keseimbangan dan kemampuan berdiri dan berjalan
v Perubahan
sistem integumen
1. Elastisitas
kulit menurun
2. Iskhemia
dan nekrosis jaringan superfisial sehingga dapat mengakibatkan luka dekubitis
v Perubahan
eliminasi urine
1. Terjadi
statis urine pada pelvis ginjal, pengapuran ( batu ginjal ), infeksi saluran
kemih dan inkontinentia urine. Yang dapat dijelaskan sebagai berikut: pengaruh
gaya gravitasi kecil menghalangi pengosongan urine diginjal dan kandung kemih
secara komplit urinaria statis media berkembangnya bakteri infeksi saluran
urinaria
2. Retensi
urinaria, distensi kandung kemih inkontenansia
3. Urine
tertumpuk diginjal dan bertumpuk dikandung kemih
v Perubahan
eliminasi fekal:
1. Mobilitas
kolon dan peristaltik turun, kontriksi sfingter : konstipasi
2. Kelemahan
otot skeletal dan mempengaruhi otot abdomen dan perineal yang digunakan untuk
defekasi
3. Penggunaan
bedpan tidak memfasilitasi eliminasi
v Perubahann
neurosensori
1. Ketidakmampuan
merubah posisi hambatan dalam input sensori, perasaan lelah, iritable, persepsi
tidak realistik bingung
7).
Perubahan psikologis akibat imobilisasi
Terjadi
perubahan sosial, emosional dan intelektual
1. Menurunnya
input sensory, dabn lingkunggan baru pengalamana menakutkan dan mencemaskan
2. Perubahan
dalam konsep diri dan persepsi peran terjadi jika individu menyadari
ketergantungan.
3. Perasaan
tidak berharga, tidak berdaya, kesepian diekspresikan dengan hostilitas,
bingung, menarik diri, apatis
4. Kemampuan
mengambil keputusan dan memecahkan masalah menurun
5. Perubahan
emosional yang paling umum adalah depresi,perubahan perilaku, perubahan dalam
siklus tidur bangun dan gangguan koping.
.
faktor yang meningkatkan resiko terhadap masalah sampai dengan imobilitas :
a.) imobilitas pada area tubuh yang luas
b.) riwayat imobilitas pada waktu yang lama
c.) imobilitas pada klien lanjut usia
d.) klien yang mengalami nyeri atau spasme otot
e.) menurunnya sensitivitas klien terhadap
temperatur, nyeri dan tekanan
f.) klien dengan masalah nutrisi
g.) klien tidak dapat belajar bagaimana
cara mencegah masalah
h.) klien dengan imobilitas pada satu sisi
tubuh dalam waktu yang lama
9.
pencegahan terjadinya masalah kurangnya mobilisasi, antara lain :
a) Perbaikan
status gizi
b) Memperbaiki
kemampuan mobilisasi
c) Melaksanakan
latihan pasif dan aktif
d) Mempertahankan
posisi tubuh dengan benar sesuai dengan body aligmen (struktur tubuh)
10.
pengumpulan data dasar berkaitan dengan imobilitas :
Data dasar yang dikumpulkan dengan cara
mengkaji seluruh sistem tubuh, yaitu :
a) Sistem
muskuloskeletal:
Kaji masa otot : atropi
Perubahan struktur
sendi : nyeri jika bergerak
Menurunnya kekuatan
otot dan gangguan koordinasi
b) Sistem
kardiovaskuler
Kaji HR dan TD. Naiknya
HR dan turunnya TD jika berubah posisi, indikasi hipotensi orthostatik.
Kaji gangguan sirkuler
perifer
Kekuatan nadi perifer
turun, kulit dingin terutama pada tangan dan kaki
Kaji adanya trombus
Nyeri jika bergerak
c) Sistem
respirasi
Auskultasi suara nafas
Cek analisa gas darah :
rendahnya PO2, naiknya PCO2
Kaji gerakan dinding
thoraks
Kaji adanya mukus,
batuk yang produktif diikuti panas, nyeri setiap respirasi : pneumonia
d) Metabolisme
dan nutrisi
Kaji intake kalori dan
protein : jumlah dan jenis makanan
Ukur berat badan setiap
minggu
Menurunnya serum
protein : penyembuhan luka lambat
e) Sistem
urinaria
Kaji status hidrasi :
intake dan output dalam 24 jam
Palpasi diatas
simphisis pubis, keluhan tidak nyaman pada abdomen bagian bawah retensi urine,
retensi kandung kemih
Tes laboratorium :
leukosit dan bakteri dalam urine. Keluhan sering kencing dengan jumlah sedikit,
disuria, demam dan pusing : infeksi saluran urinaria
Kaji adanya batu pada
urinaria : keluhan nyeri abdomen, darah pada urine, batu pada urine
f) Eliminasi
fecal
Kaji intake dan output
makanan berserat
Kaji pola b.a.b normal
g) Sistem
integumen : kaji status hidrasi-dehidrasi : menaiknya gangguan pada kulit,
mudah pecah
h) Sistem
monosensory : kaji perubahan sensori dan persepsi
i)
Pengkajian psikologis :
sosial, emosional, intelektual
Perubahan emosi :
perasaan tidak berharga, tidak berdaya, kesepian, patis, menarik diri
Ketidakmampuan
konsentrasi, membuat keputusan
j)
Pengkajian rentang gerak sendi, aktivitas sehari-hari dan toleransi
aktivitas :
Pengkajian rentang
pergerakan sendi (joint range of motion) : gerakan maksimal yang dapat
dilaksanakan pada setiap perubahan tubuh
Pengkajian aktivitas
sehari-hari : kaji tingkat ketergantungan klien dalam melaksanakan aktivitas
sehari-hari
Pengkajian toleransi
aktivitas : kaji kekuatan dan ketahanan klien untuk berpartisipasi dalam
melaksanakan aktivitas, yaitu dengan menentukan aktivitas yang sesuai
Pengkajian terhadap HR
dan Td
Keluhan pusing selama
aktivitas, cemas karena kondisi atau motivasi menrurun
11. Identifikasi masalah, tujuan,
dan antisipasi tindakan yang berkaitan dengan
n imobilisasi:
Berikut
ini masalah-masalah terkait sistem tubuh yang dipengaruhi imobilitas
diidentifikasikan, dibuat tujuan dan antisipasi tindakan yang dapat dilakukan.
Yakni sebagai berikut :
a)
Metabolik
Masalah
Gangguan nutrisi :
kurang dari kebutuhan tubuh akibat anoreksia
Gangguan keseimbangan
ciran akibat anoreksia sekunder imobilitas individu
Tindakannya antara lain :
Diet tinggi kalori dan
protein serta serat
Pemberian vitamin dan
mineral
-
k/p multivitamin tablet
-
jika klien tidak dapat
makan : total parenteral nutrition (TPN)
b)
masalah pada
kardiovaskuler
tujuan : meningkatkan
fungsi kardiovaskuler
tindakannya, antara
lain :
◊
gerakan dan latihan :
o
ambulasi dini, latihan
aktif, kemandirian dalam ADL
·
meningkatkan fungsi
kardiovaskuler memperbaiki vasokontriksi perifer
·
meningkatkan tonus otot
dan mencegah trombus
◊
ajarkan klien untuk
ambulasi secara perlahan
·
ukur TD dan HR setiap
klien berubah posisi
memperbaiki posisi kaki
◊
ajarkan klien untuk
menaikkan kaki setiap hari
·
untuk meningkatkan
sirkulasi vena perifer
c)
Masalah pada Respirasi/ pernafasan
Tujuan : Meningkatkan
fungsi respirasi.
Tindakannya, antara
lain :
Fokus
tindakan adalah untuk meningkatkan ekspansi alveolar, mencegah tertahannya
sekret, mempertahankan aliran nafas, meningkatkan pertukaran gas. Dengan cara :
Þ
Latihan nafas dalam dan
batuk.
Þ
Merubah posisi klien
tiap 1-2 jam.
Þ
Postural drainage.
Þ
Perkusi dada dan
vibrasi.
d)
Masalah pada Muskuloskeletal
Tujuan
:
Meningkatkan kekuatan
dan ketahanan otot.
Meningkatkan
fleksibilitas sendi.
Tindakannya,
antara lain :
Memperbaiki posisi
tubuh.
Þ
Body alignment yang
benar pada setiap posisi.
Þ
Buat jadwal perubahan
posisi tiap 1 atau 2 jam: ajarkan pada klien secara bertahap.
Aktivitas yang menopang
berat badan (weight-bearing activity).
Þ
Klien dibantu untuk
ambulasi secara dini.
Þ
Seperti duduk di tempat
tidur, duduk di pinggir tempat tidur, turun dan berdiri, bergerak ke kursi,
dibantu berjalan.
Kemandirian dalam aktivitas
sehari-hari :
Þ
Motivasi klien untuk
mandiri dalam aktivitas sehari-hari.
Þ
Ajarkan tentang tanda
dan gejala intoleransi aktivitas (pusing, nyeri dada, sesak nafas).
Latihan fisik, yaitu
latihan Isotonik dan Isometrik :
Þ
Latihan
Isotonik/dinamis :
·
Latihan ini
mengutamakan gerakan aktif dari sendi dan otot-otot dengan hanya sedikit
meningkatkan tekanan.
·
Dengan kata lain,
latihan ini meningkatkan kekuatan dan ketahanan otot.
·
Latihan sangat
bermanfaat bagi sistem kardiovaskuler, karena akan meningkatkan curah jantung
dan meningkatkan aliran darah ke seluruh bagian tubuh. Contoh : rentang gerak
aktif.
Þ
Latihan Isometris/
statis :
·
Latihan ini
mengutamakan peningkatan tekanan otot dibanding dengan gerakan, seperti halnya
angkat besi.
·
Latihan jenis ini tidak
bermanfaat untuk sistem kardiovaskuler, tapi diperlukan untuk memperkuat
otot-otot.
·
Latihan ini
meningkatkan HR dan curah jantung ringan.
Þ
Contoh aktivitas
rentang gerak aktif dan pasif (Active and
Passive ROM Exercise) pada psien, antara lain :
·
Rentang gerak aktif
(Active ROM) :
o Klien
menggerakkan tiap sendi dalam tubuh melalui gerakan komplit.
o Secara
maksimal mengencangkan semua otot.
o Meningkatkan
kekuatan ketahanan otot.
o Membantu
mempertahankan fungsi kardio-respirasi.
·
Rentang gerak pasif
(Passive ROM) :
o Orang
lain membantu menggerakkan setiap sendi klien melalui gerakan komplit.
o Dilaksanakan
2 kali sehari.
e)
Masalah pada eliminasi urinaria :
Tujuan
: Mencegah retensi urine, inkontinensia urine.
Tindakannya,
antara lain :
Merubah posisi.
Membantu pengosongan
ginjal dan kandung kemih secara komplit.
Meningkatkan hidrasi :
anjurkan klien minum 2000 cc/lebih per hari guna mengurangi resiko batu ginjal
dan infeksi saluran urinaria.
Menjaga kebersihan
perineal : perineal care.
Kateterisasi urinaria :
jika klien tidak dapat b.a.k. normal.
Mencegah inkontinensia
urine :
Þ
Anjurkan klien minum
banyak pada siang hari dan batasi pada malam hari.
Þ
Atur b.a.k. tiap 2 jam.
f)
Masalah Eliminasi Fekal :
Tujuan
: meingkatkan fungsi gastrointestinal untuk mencegah konstipasi.
Tindakannya,
antara lain :
Gerakan
dan latihan :
Meningkatkan tonus dan
kekuatan otot abdomen dan perineal yang digunakan untuk defekasi.
Meningkatkan tonus otot
polos guna meningkatkan peristaltik.
g)
Masalah Psikososial
Tujuan
:
Meningkatkan
keseimbangan emosi.
Meningkatkan
produktivitas.
Memperlambat proses
penuaan.
Tindakannya,
antara lain :
Fokus
tindakan ditujukan pada aspek sosial, emosional dan intelektual :
Sosial :
Þ
Interaksi sosial dapat
mencegah klien menarik diri.
Þ
Sharing perasaan dengan
sekamar.
Þ
Pertahankan hubungan
positif dengan anggota keluarga.
Emosional :
Þ
Pertahankan orientasi
klien (orang, waktu, tempat).
Þ
Bantu klien
mempertahankan self image sebagai orang yang berguna dan mandiri.
Þ
Jaga privacy klien.
Þ
Dorong klien
mengekspresikan perasaan, diskusikan dengan keluarga.
Intelektual :
Beri
kesempatan klien untuk memilih dan membuat keputusan tentang perawatan diri dan
pemecahan masalah.
12)
Tindakan – Tindakan yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan ambulasi dan
mobilisasi
a) Ambulasi dini
Pengertian
¨ Ambulasi
dini adalah latihan berjalan pertama yang di lakukan pada pasien setelah
menjalani proses pembedahan / operasi.
Sebelum
melakukan ambulasi dini, terlebih dahulu lakukan dangling.
¨ Dangling
adalah pasien duduk dengan kaki menjuntai di tepi tempat tidur.
Tahapan dangling
Dalam melakukan
dangling ada beberapa tahapan yang harus di lalui diantara nya :
ü Lakukan
semua tindakan prosedur awal
ü Ingatlah
untuk mencuci tangan, mengindentifikasi pasien dan memberi privasi kepada
pasien.
ü Siapkan
peralatan yang diperlukan seperti bantal dan selimut.
ü Periksa
denyut nadi pasien.
ü Turunkan
penghalang tempat tidur, dan kunci tempat tidur pada posisi terendah.
ü Perlahan-lahan
tinggikan kepala tempat tidur.
ü Bantu
pasien untuk memakai selimut atau mantel mandi.
ü Letakkan
satu tangan disekeliling bahu pasien dan tangan lain nya di bawah lutut pasien.
ü Dengan
perlahan dan lembut putar pasien sampai menghadap bidan, biarkan kaki pasien
menggantung di tepi tempat tidur.
ü Gulung
bantal dan letakkan di belakang punggung pasien untuk di jadikan penompang.
ü Setelah
pasien memakai sandal, beri intruksi untuk menggoyangkan kaki, sebuah kursi
dapat ditempatkan untuk menopang kaki pasien selama beberapa menit.
ü Mintalah
pasien dangling selama waktu yang di perintahkan.
ü Beberapa
hal yang haru diperhatikan dalam melakukan dangling adalah : “saat pasien
pusing atau pingsan”:
ð Bantu
pasien berabring dan periksa tanda-tanda vital.
ð Periksa
kembali nadi pasien.
ð Atur
kembali bantal di kepala tempat tidur, lepas selimut atau mantel mandi dan
sandal pasien.
ð Letakkan
satu tangan di sekeliling bahu pasien dan satu lagi di bawah lutut.
ð Dengan
lembut dan perlahan angkat kaki pasien ke atas tempat tidur.
ð Turunkan
kepala tempat tidur, pasang penghalang tempat tidur, dan periksa kembali nadi pasien.
ð Setelah
selesai cuci tangan dan dokumentasikan waktu (durasi) dangling , nadi dan
reaksi pasien.
b)
Tahapan ambulasi dini
Setelah melakukan proses dangling, bila
pasien dalam keadaan baik-baik saja lalu dilanjutkan dengan tahapan ambulasi
dini, meliputi:
¨ Pastikan
tempat tidur pada posisi terendah. Sediakan sebuah kursi untuk berjaga-jaga
kalau pasien lelah.
¨ Setelah
pasien melakukan dangling tanpa rasa sakit. Bantu pasien untuk berdiri priksa
nadi pasien.
ð Jika
nadi meningkat sampai lebih dari 10 poin, kembali ketempat tidur.
ð Jika
pasien pusing ataum pingsan kembalilah ke tempat tidur.
ð Minta
pasien untuk menarik nafas dalam dan melihat sekeliling ruangan. Kepala pasien
tegak dan mata terbuka.
ð Berbicara
dan yakinkan pasien.
¨ Pindahkan
lengan perawat ke belakang pinggang pasien dan berbalik sehingga perawat
menghadap ke arah yang sama dengan pasien.
¨ Pasien
berjalan perlahan dengan jarak yang pendek dan kembali ke sisi tempat tidur,
jika pasien tampak lelah dan akan pingsan atau terjadi perubahan besar pada
nadi biarkan pasien beristirahat.
¨ Jika
pasien pingsan saat pelaksanaan ambulasi dini:
ð Dengan
perlahan turunkan pasien ke lantai.
ð Lindungi
kepala pasien.
ð Jangan
mencoba menahan pasien berdiri.
ð Beri
tanda untuk meminta bantuan.
¨ Setelah
selesai, cuci tangan dan dokumentasikan waktu (durasi) ambulasi dini, nadi dan
reaksi pasien.
c)
Latihan Ambulasi:
Membantu pasien duduk di tempat tidur.
¨ Anjurkan
pasien untuk meletakkan tangan disamping badan nya, dengan telapak tangan
menghadap kebawah.
¨ Bidan/penolong
berdiri di samping tempat tidur, kemudian letakkan tangan pada bahu pasien.
¨ Bantu
pasien untuk duduk di kursi dan atur posisi secara nyaman.
Membantu pasien
turun dari tempat tidur dan berdiri
¨ Atur
kursi roda dalam posisi terkunci.
¨ Bidan/penolong
berdiri menghadap pasien dengan kedua kaki merenggang.
¨ Bidan/penolong
memfleksikan lutut dan pinggang
¨ Anjurkan
pasien untuk meletakkan kedua tangan nya di bahu bidan/penolong dan letakkan
kedua tangan bidan/penolong disamping kanan-kiri pinggang pasien.
¨ Ketika
pasien melangkah ke lantai, tahan lutut penolong pada lutut pasien.
¨ Bantu
berdiri tegak dan jalan sampai ke kursi.
¨ Bantu
pasien duduk di kursi atau posisi yang nyaman.
Mmebantu
berjalan:
¨ Anjurkan
pasien untuk meletakkan tangan disamping badan atau memegang telapak tangan
penolong.
¨ Penolong
berdiri di samping pasien dan pegang telapak dan lengan tangan pada bahu
pasien.
¨ Bantu
pasien untuk jalan.
d.
Pengaturan Posisi Pasien
1) pendahuluan
Pengaturan posisi pada
pasien perlu diperhatikan oleh bidan, terutama posisi berbaring pasien. Posisi
berbaring pasien merupakan cara berbaring pasien dengan posisi tertentu di
tempat tidur, meja pemeriksaan atau meja operasi untuk maksud tertentu. Cara
posisi berbaring tertentu pasien antara lain bertujuan untuk memberikan rasa
nyaman, membantu pasien untuk memudahkan tindakan asuhan kebidanan, tindakan
pemeriksaan dan pengobatan.
Bidan
seharusnya mampu mengobservasi pasien dan mengidentifikasi cara-cara untuk
memperbaiki posisi dan postur tubuh pasien. Sebelum melakukan pengaturan
posisi, bidan seharusnya menentukan kemampuan fisik pasien untuk membantu bidan
dalam pengaturan posisi. Begitu juga perlu diperhatikan adanya selang dan
insisi yang mengganggu prosedur pengaturan posisi dan postur tubuh.
2)
berikut ini adalah beberapa pengaturan posisi yang perlu diketahui oleh bidan,
antara lain:
Posisi
berbaring(supine), posisi miring(lateral), posisi terkurap(prone), posisi
duduk/setengah duduk(fowler/semi fowler), sim’s trendelenbug, litotomi, dorsal
recumbent, genu pectoral, yang masing-masing dijelaskan di bawah ini:
a) Posisi
berbaring(Supine):
¨ Posisi
supine(terlentang) yaitu posisi berbaring terlentang dengan kepala disangga
bantal.
¨ Posisi
ini untuk pemeriksaan pada kepala, leher, dada depan, paru, mamae, jantung,
abdomen, ekstremitas, dan nadi perifer.
b) Posisi
Miring(luteral)
Pengertian:
Memberikan
tindakan mobilisasi pasien dengan posisi miring
Komentar
Posting Komentar